Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Training and Consultancy


Training

1. Manajemen Produksi Tanaman Kelapa Sawit
2. Kultur Teknis Kelapa Sawit
3.Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
4. Peningkatan Kompetensi Teknis dan Manajerial Asisten dan Mandor Tanaman
5.Penerapan dan Kriteria RSPO dan ISPO
6. Sertifikasi Asisten dan Mandor Tanaman
7. Minimalisasi Kehilangan Minyak dan Peningkatan Rendemen Pabrik Kelapa Sawit.
8. Manajemen Pemeliharaan Pabrik Kelapa Sawit Berdasarkan Pengendalian Biaya dan Kehandalan Mesin
9.Pengendalian dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
10.Manajemen dan Teknik Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kerusakan Aset Pabrik
11.Pengoperasian dan Pemeliharaan Boiler dan Turbin di Pabrik Kelapa Sawit
12. Manajemen Energi di Pabrik Kelapa Sawit
13. Sertifikasi Asisten dan Mandor Pabrik Kelapa Sawit
14. International Financial Reporting Standards (IFRS) Perusahaan Perkebunan
15.Best Practices Internal Auditing Perusahaan Perkebunan
16.Peningkatan Kompetensi KTU dan ATU Perusahaan Perkebunan.
17.Pengendalian Biaya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Consultancy
1. Technical Assistant for Improvement Palm Plantation and Palm Oil Mill
2. Integrated Solution to Improve Performance of Palm Plantation and Palm Oil Mill
3. Advanced Quality System for Palm Plantation
4. ISO series (9001,14000 etc)
5. OHSAS 18001 dan SMK3

HARGA TBS Kelapa Sawit Produksi Petani Sumut

>> Rabu, 18 Agustus 2010

Medan (SIB)
Berdasarkan hasil rapat Kelompok Kerja Teknis Tim Rumus Harga TBS Kelapa Sawit Produksi Petani Provinsi Sumut 11 Agustus 2010 di Aula Dinas Perkebunan Provinsi Sumut Jalan Willem Iskandar No 9 A Medan, mengenai harga TBS dan Faktor “K” yang didasarkan pada harga yang diperoleh dari Pusat Pemasaran Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara, GAPKI dan harga pasar yaitu:
1. Rata-rata Harga CPO Lokal dan Ekspor: Rp 7.204,20 (Tidak termasuk PPN)
Rata-rata Harga Kernel Lokal : Rp 3.788,30 (Tidak termasuk PPN)
2. Faktor K adalah : 85,70%.
Maka dengan ini di peroleh harga TBS kelapa sawit produksi petani Propinsi Sumatera Utara sebagai berikut :

Umur Rdm Harga Rendemen Harga Harga
Tanaman CPO CPO Kernel Kernel TBS
3 Tahun 15.62 7.204,20 3.60 3.788,30 1.081,26
4 Tahun 17.50 7.204,20 4.05 3.788,30 1.211,94
5 Tahun 18.75 7.204,20 4.35 3.788,30 1.298,85
6 Tahun 19.25 7.204,20 4.50 3.788,30 1.334,59
7 Tahun 20.00 7.204,20 4.60 3.788,30 1.384,14
8 Tahun 20.62 7.204,20 4.80 3.788,30 1.428,91
9 Tahun 21.25 7.204,20 5.00 3.788,30 1.474,30
10 Tahun 21.87 7.204,20 5.10 3.788,30 1.515,83
Harga TBS di atas berlaku untuk periode tanggal 11 s/d 17 Agustus 2010. (Rel/d)Harga Rata-rata Beberapa Komoditas Perkebunan
No Nama Satuan Harga (RP)
1. Biji Kopi Kering
- Arabika Kg 28.550,-
- Robusta Kg 23.650,-
2. Kakao Kg 22.000,-
3. Karet
- Lump Mangkok Kg 23.850,-
4. Cengkeh Kg 47.200,-
5. Pala Kg 40.100,-
6. Lada Kg 44.600,-
7. Kemiri Kg 14.700,-

NB. Sumber Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Harga Pasar Minggu II Tanggal 11 Agustus 2010. (Rel/d)

sumber:http://hariansib.com/?p=135406

Read more...

Komisi III Dinilai Intervensi Kasus Pabrik Kelapa Sawit

Jakarta, CyberNews. Komisi III DPR dinilai telah menekan dan mengintervensi penanganan kasus pabrik pengolahan kelapa sawit yang melibatkan PT Delimunda Perkasa (DMP) dengan PT Tunas Lestari Sentosa (TLS).

Kuasa hukum PT DMP, Sheila Salomo menyayangkan adanya intervensi tersebut, karena Komisi III justru balik menuding PT DMP yang menekan pihak Polda Jambi dalam penanganan kasus tersebut. "Saya mendengar ada beberapa anggota Komisi III yang menekan Kapolda untuk segera menyelesaikan kasus ini tanpa harus takut adanya intervensi dari Mabes Polri," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (8/8).

Oleh karena itu, dia mempertanyakan keseriusan dan independensi polisi dalam menangani kasus ini. Apalagi, salah seorang saksi pelapor dalam kasus ini terbukti merupakan penyidik dan anggota kepolisian. "Kok ada, saksi dari penyidik polisi," ungkap Sheila.

Selain itu, dia juga menduga bahwa beberapa anggota Komisi III telah mempolitisir hal ini dengan membawa nama Sardan Marboen yang merupakan staf ahli presiden. "Ini jelas politis sekali, Pak Sardan itu hanya komisaris saja di perusahaan kami. Itu pun jauh sebelum ada kasus ini," imbuhnya.

Terpisah, anggota Komisi III, Herman Herry membantah ada anggota Komisi III yang telah menekan dan mengintervensi kasus tersebut. Menurut dia, anggota Komisi III hanya merasa tidak puas dengan hasil kinerja Polda saat kunker dan menegaskan kepada Kapolda untuk serius menangani kasus ini. "Ini sudah menjadi modus bagi pengusaha untuk merampok uang negara dengan alasan investasi. Maka, hal ini harus dihentikan dimulai dengan penyelesaian kasus ini,” tegasnya.

( Wisnu Wijanarko /CN14 )

sumber:http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/08/08/61892/Komisi-III-Dinilai-Intervensi-Kasus-Pabrik-Kelapa-Sawit

Read more...

Malaysia Akui Peran Indonesia Tingkatkan Industri Kelapa Sawit

>> Rabu, 04 Agustus 2010

Kelapa sawit.[TEMPO/Tommy Satria]

TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur -Asosiasi Ahli Perminyakan Malaysia, MOSTA (Malaysian Oil Scientists' and Technologists' Association) memberikan penghargaan kepada Derom Bangun, Wakil Presiden II Roundtable on Sustainable Palm Oil atas peran sertanya dalam memajukan industri kelapa sawit dunia.

Dalam sambutannya Presiden MOSTA, Augustine Ong menyatakan bahwa penghargaan yang diberikan lembaganya merupakan apresiasi kepada individu yang telah memberikan sumbangan bagi pengembangan industri kelapa sawit dunia. “Tak hanya di Indonesia, peran Derom Bangun dalam memajukan industri kelapa sawit, telah menempatkan industri ini menjadi salah satu industri berpengaruh di tingkat dunia,” kata Augustine Ong.

Karenanya dalam kesempatan tersebut, MOSTA juga mengangkat mantan ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ini sebagai salah satu anggota kehormatannya. Ditemui Tempo setelah acara, Derom Bangun menyatakan rasa terimakasihnya atas penghargaan yang diberikan kepadanya.

“Saya berterimakasih atas penghargaan yang diberikan. Sebenarnya penghargaan ini bukan hanya untuk saya pribadi, namun juga untuk rekan-rekan di Gapki dan seluruh perusahaan kelapa sawit di Indonesia.”

Hal terpenting dari penghargaan tersebut, menurut Derom Bangun, adalah pesan tersirat bahwa dunia telah mengakui peran Indonesia dalam industri minyak dan lemak, khususnya kelapa sawit. Derom Bangun memprediksi, walaupun sempat diterpa isu perusakan lingkungan, namun industri kelapa sawit Indonesia akan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan dunia akan minyak dan lemak.

“Saat ini industri kelapa sawit nasional menghasilkan 22 juta ton pertahun. Jumlah ini akan terus bertambah, karena minyak nabati yang lain tidak bisa diproduksi secara besar-besaran seperti halnya minyak kelapa sawit,” ungkapnya.

Walaupun juga diakui Derom Bangun, pesatnya industri kelapa sawit mungkin tidak akan seperti pada era 70-an. “Kita tidak akan meningkatkan jumlah produksi dengan cara menebang dan membakar hutan sembarangan, namun lebih pada meningkatkan produktivitas lahan yang telah ada.”

sumber:http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/06/27/brk,20100627-258861,id.html

Read more...

Walhi Melolak Manajemen Satu Atap Sawit

foto

Kelapa sawit. Tempo/ Arie Basuki

TEMPO Interaktif, Balikpapan – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur menolak skema manajemen satu atap antara PTPN XIII dengan petani plasma Dusun Sawit Jaya Kabupaten Paser. Pola kerja sama replanting (penanaman) kebun sawit tersebut dianggap hanya menguntungkan bagi PTPN selaku pemilik kebun inti.

“Kerugian yang sangat besar bagi petani sawit plasma,” kata Direktur Walhi Kalimantan Timur, Izal Wardana, Jumat (23/7).

Dalam pola manajemen satu atap, Izal mengatakan, petani harus menyerahkan 80 persen lahannya untuk dikelola PTPN sebagai pihak avails. Sebagai gantinya, PTPN akan melaksanakan kewajiban replanting bagi perkebunan plasma petani yang usianya sudah diatas 20 tahun.

Petani plasma, kata Izal, juga diwajibkan menyerahkan bukti kepemilikan kebun sebagai jaminan utang yang nantinya diserahkan pada bank. Dalam klausul manajemen pola satu atap, menurutnya musti menjual produksi kelapa sawitnya pada PTPN dengan harga ditetapkan perusahaan.

Ia menjelaskan, dengan adanya kesepakatan ini petani harus menanggung utang plus bunganya selama 15 tahun yang ditafsir mencapai Rp 150 juta dari utang awal hanya Rp 40 juta. Padahal bila kewajiban replanting dilaksanakan sendiri petani hanya menelan dana sebesar Rp 20 untuk pembelian bibit dan perawatan kebun hingga mampu produksi.

Pihaknya khawatir kegagalan pengelolaannya yang berakibat bangkrutnya PTPN sebagai pihak avails penjamin petani. Resikonya, pihak bank akan menyita semua aset termasuk jaminan pinjaman milik petani plasma.

Di samping itu, Izal meragukan komitmen PTPN dalam jaminan penyediaan bibit unggul, pupuk dan obat obatan bagi petani plasma. PTPN menyerahkan pengelolaan manajemen satu atap pada koperasi dan petani sawit pemilik lahannya masing masing.

“Jadi mereka bisa lepas tangan saat ada masalah. Suatu paket program yang telah dirancang untuk memberikan keuntungan sepihak kepada pemilik perusahaan dan merampok tanah warga sekaligus mempersempit lahan usaha masyarakat,” paparnya.

Pola manajemen satu atap sedang di uji coba di lahan seluas 900 hektare milik 135 petani sawit Dusun Sawit Jaya Kabupaten Paser. Petani terpaksa menyetujui kesepakatan manajemen satu atap untuk peremajaan lahan sawit yang sudah tua berumur di atas 20 tahun.

sumber:http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/07/23/brk,20100723-265675,id.html

Read more...

Sinar Mas Mengaku Tak Punya Sejuta Hektare di Papua

Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Sinar Mas Agro Resources and Technologies Tbk (SMART) mengaku tidak memiliki izin lahan seluas satu juta hektare di wilayah Papua seperti yang dituduhkan oleh Greenpeace, lembaga swadaya masyarakat pecinta lingkungan.

"SMART hanya mengelola total area seluas 13.327 hektare di Kabupaten Jayapura, dan bukan satu juta hektare seperti dalam laporan Greenpeace," kata Direktur Utama SMART Daud Dharsono melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (30/7).

Daud mengatakan, SMART memang pernah mengumumkan pemerintah daerah setempat mengalokasikan satu juta hektare lahan di Papua bagian Selatan pada Januari tahun lalu. Lahan ini sedianya dialokasikan untuk pengembangan produk biodiesel.

Namun proyek tersebut ditunda, salah satunya karena faktor peraturan perundangan. "Area konsesi SMART di Kabupaten Jayapura berada di atas lahan terdegradasi dan bukan di atas hutan primer. Saat ini SMART tidak memiliki izin lahan manapun pada area yang dimaksud," kata Daud.

Ia menyebutkan, seandainya proyek itu dilanjutkan, SMART diwajibkan mengajukan permohonan izin ulang, termasuk izin lahan. Produsen minyak sawit terbesar di dalam negeri ini juga menolak laporan Greenpeace yang menyebutkan adanya habitat orang utan di lahan konsesi milik mereka.

"Peta United Nations Environment Programme (UNEP) yang menjadi rujukan Greenpeace menunjukan distribusi orang utan secara global di Kalimantan. Sementara identifikasi yang dilakukan SMART menggunakan peta spesifik dan detail," ujarnya.

Penilaian tersebut menunjukkan tidak ditemukan habitat orang-utan di atas lahan konsesi. Penelitian yang dilakukan oleh SMART juga tidak menunjukkan bukti keberadaan lahan gambut. Sekitar 15 persen area konsesi SMART terdiri dari lahan dengan nilai konservasi tinggi, dan ini telah dikonservasi.

sumber:http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/07/30/brk,20100730-267576,id.html

Read more...

Laporan dari Berlin RI-Jerman Kerjasama Investasi Industri Kelapa Sawit

>> Selasa, 03 Agustus 2010



(managementfile - Finance) - Indonesia-Jerman sepakat mengembangkan kerjasama investasi di bidang industri berbasis minyak kelapa sawit secara terintegrasi mencakup biodisel, surfaktan, beta karoten dan alkohol lemak.

Kerjasama melibatkan perusahaan Jerman Ferrostal AG, PT Perkebunan Nusantara III dan PT Nusantara Bio Energy.

Disaksikan Dubes RI Berlin Eddy Pratomo, nota kesepahaman kerjasama tersebut telah ditandatangani oleh Presiden Direktur PTP Nusantara III Amri Siregar, Dewan Eksekutif Ferrostaal AG Prof. Stephan Reimelt dan Presiden Direktur PT Nusantara Bio Energy Sabri Basyah di KBRI Berlin, Rabu (28/7/2010).

"Sebagai tahap awal dalam rangka implementasi nota kesepahaman akan dilakukan studi kelayakan bersama, kemudian akan dikembangkan ke arah pembentukan executive joint operation atau joint venture company," demikian seperti disampaikan Counsellor Pensosbud Agus Priono kepada detikfinance.

Disebutkan, lokasi yang dipilih untuk proyek kerjasama yakni di Sei Mangkei, Sumatera Utara, dengan target areal awal seluas 104 ha dan dapat dikembangkan menjadi 3000 ha.

Studi kelayakan akan mencakup antara lain evaluasi teknologi dan proses produksi, presentasi konsep teknologi, serta model pendanaan dan penilaian ekonomi terhadap konsep yang diajukan.

Isu Lingkungan

Terkait penandatanganan kerjasama, Dubes RI Berlin Eddy Pratomo menyampaikan sekilas kondisi industri kelapa sawit di Indonesia saat ini beserta berbagai tantangannya, terutama terkait dengan isu-isu lingkungan.

"Penandatanganan ini mempunyai makna penting karena bukan hanya menyangkut masalah pengembangan investasi, namun juga menunjukkan bahwa industri yang dikembangkan tidak bertentangan dengan isu-isu lingkungan," tegas Eddy.

Terlebih lagi, lanjut Eddy, pengembangan kerjasama di bidang industri kelapa sawit tersebut dilakukan dengan mitra perusahaan besar dari negara maju seperti Jerman, yang sangat peduli dengan masalah lingkungan.

Sementara itu Presiden Direktur PTP Nusantara III Amri Siregar secara khusus menyampaikan prospek yang sangat baik dari kerjasama, karena di samping meningkatkan nilai tambah dari produk kelapa sawit, juga akan meningkatkan kesejahteraan para petani.

"Ini sekaligus menepis keraguan pihak-pihak di luar negeri khususnya Jerman yang mempertanyakan dampak terhadap lingkungan dari pengembangan industri tersebut," terang Amri.

Ferrostaal AG adalah perusahaan besar Jerman yang telah menanamkan investasinya di lebih dari 60 negara dengan kompetensi inti di bidang kontraktor umum di berbagai sektor, antara lain industri petrokimia, solar dan gas, energi listrik, energi surya, kertas, dan bahan bakar nabati (BBN).

(ic/IC/dtc)

sumber:http://managementfile.com/journal.php?id=867&sub=journal&page=finance&awal=0

Read more...

HARGA KELAPA SAWIT DI BENGKULU BERTAHAN



( Berita Daerah - Sumatera ) - Harga Tandan Buah Segar kelapa sawit pada tingkat pembeli di beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit, pekan ini bertahan setelah turun rata-rata Rp100 per kilogram pekan sebelumnya.

Harga pada tingkat pabrik yang turun itu terjadi pada PT Alno Agro Utara Rp1.100 per kilogram, sedangkan pabrik yang terendah membeli buah kelapa sawit petani adalah PT Agri Andalas Rp1.000 per kilogram, sedangkan harga di pabrik lainnya bertahan.

Harga pada tingkat petani bertahan yang Rp950 per kilogram, demikian data dihimpun dari beberapa pabrik CPO, Selasa.

Kepala Bidang Usaha Tani Ir.Riki mengatakan, harga TBS kelapa sawit tertinggi biasanya terjadi di pabrik PT Agricinal sebagai bapak angkat program revitalisasi tanaman kelapa sawit.

Harga pada tingkat petani sebelumnya lumayan tinggi, namun sekarang berkisar antara Rp900-Rp950 per kg dan masih ditentukan masing-masing perusahaan pengumpul kelapa sawit mereka tetap menyesuaikan dengan jarak dari kebun ke pabrik.

Jumlah PKS yang ada di Bengkulu sampai sekarang belum sebanding dengan luas perkebunan di daerah ini, sehingga memaksa sebagian TBS dibawa ke pabrik CPO di luar Bengkulu antara lain Provinsi Lampung dan Sumatra Barat.

Produksi TBS kelapa sawit yang dihasilkan petani mandiri di Bengkulu melimpah hingga 2,2 juta ton naik dari sebelumnya 1,8 juta ton per tahun.

Dijelaskan, luas perkebunan sawit di daerah ini mencapai 93.727 hektare atau 4,73 persen dari luas kawasan, baik perkebunan besar swasta maupun kebun masyarakat, dengan produksi 851.821,17 ton per tahun.

Sentra perkebunan sawit di Bengkulu, terdapat di Kabupaten Bengkulu Selatan 11.362 ha, Bengkulu Utara 20.745 ha, Kota 1.496 ha, Seluma 15.374 ha, Kaur 3.170 ha dan Mukomuko 41.526 ha.

Harga TBS selengkapnya :
---------------------------------------------------
Perusahaan Harga (Rp/Kg)

3/8 30/7

----------------------------------------------------
Harga pada tingkat petani 950 950
PT Agromuko 1.200 1.200

PT Daria Dharma Pratama 1.200 1.200

PT BMK 1.200 1.200

PT Sentosa jaya Abadi 1.210 1.210

PT Mukomuko Indah Lestari 1.220 1.220

PT Alno Agro Utama /MPM 1.100 1.100

PT Agricinal 1.260 1.260

PT Bio Nusantara Tehnologi 1.140 1.140

PT PN VII/UBS Bengkulu 1.210 1.210

PT Agro Sawitindo 1.235 1.235

PT Agri Andalas 1.000 1.000

PT Sandabi Indah Lestari 1.210 1.210

----------------------------------------------------

tha/THA/ant

sumber: http://lepmida.com/news_irfan.php?id=25068&sub=news&page=1

Read more...

GAPKI: Perlu Pembangunan Industri Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

foto: Erfan PancaIsu-isu lingkungan terus saja menghadang proses industrialisasi kelapa sawit di Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menilai selama ini isu-isu lingkungan yang dikemas dalam kampanye negatif sangat mengganggu industri kelapa sawit di dalam negeri.

Untuk itu menurut Ketua GAPKI Pusat, Joefly J. Bahroeny, perlu adanya strategi yang dipersiapkan oleh pelaku industri sawit di Indonesia untuk bisa meyakinkan negara-negara importir crude palm oil (CPO) dari Indonesia terutama negara-negara Eropa agar tidak terpengaruh terhadap kampanye-kampnye negatif yang dilancarkan oleh kalangan LSM lingkungan.

”Kita melihat adanya isu-isu tersebut sangat merugikan kita semua, tidak saja kita yang di GAPKI, tapi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan perkebunan kelapa sawit juga ikut terganggu,” ujarnya pada Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh GAPKI Riau di Hotel Ibis Pekanbaru, Rabu (28/7/2010).

Joefly menilai peran industri kelapa sawit di Indonesia sangat besar sekali, seperti peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, penyediaan bahan baku untuk penciptaan nilai tambah bagi industri pengolahan di dalam negeri dan juga peningkatan devisa non-migas bagi negara.

“Selain itu juga membantu pengembangan wilayah melalui pengembangan ke seluruh Indonesia dan penyediaan kesempatan kerja bagi jutaan orang di pedesaan. Pelestarian sumber daya alam karena pemerintah mengarahkan pengembangannya untuk memanfaatkan lahan-lahan terlantar,” tembahnya.

Namun diakuinya ada masalah besar yang dihadapi pelaku industri kelapa sawit di Indonesia dewasa ini. Salah satunya masalah emisi karbon. Masalah ini bisa timbul akibat adanya deforestasi, degradasi hutan, kehilangan biodiversitas, dan konversi lahan gambut untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit.

Namun akar persoalannya adalah pembangunan perkebunan kelapa sawit didasarkan pada penggunaan peta kawasan hutan dan tata ruang yang sudah out of date atau tidak jelas legalitasnya. “Dan juga tidak mengindahkan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan. Distorsi pada proses perizinan dari Pusat hingga Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota pada usaha di industri kelapa sawit,” jelasnya.

Ditambahkan Joefly, saat ini implementasi UU Tata Ruang di daerah juga masih lemah. Untuk itu perlu didorong pembaruan peta dan peraturan tata ruang, mendorong penguatan dan penegakan hukum tata ruang. “Juga mendorong pengaturan kembali perizinan usaha kelapa sawit, mendukung penerapan pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.

Caranya tentu saja melalui sertifikasi RSPO, kemudian juga negosiasi bilateral Indonesia dengan negara anggota EU-27. selain itu juga sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), moratorium konversi hutan alam dan lahan gambut, peningkatan produktivitas dan efisiensi.

“Kemudian pemanfaatan areal penggunaan lain (APL) dan lahan terlantar untuk perluasan kebun kelapa sawit, melakukan promosi minyak sawit langsung ke pasar internasional dan terakhir tentunya kampanye anti negative campaign,” pungkasnya. (*)

sumber:http://riaubisnis.com/index.php/agriculture-mainmenu-109/pertanian-news/42-pertanian/1296-gapki-perlu-pembangunan-industri-kelapa-sawit-yang-berkelanjutan

Read more...

Eropa Ancam Ekspor Kelapa Sawit Indonesia


Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia terancam tidak dapat lagi mengekspor kelapa sawit ke Eropa menyusul akan diterapkannya aturan Renewable Energy di negara-negara Eropa.

Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, menyatakan, aturan ini mengharuskan penggunaan sumber energi terbarukan. Rencananya, aturan ini mulai berlaku pada Desember mendatang. Jika aturan ini berlaku, maka akan terjadi penurunan devisa. Pada tahun 2009 ekspor kelapa sawit menyumbang devisa hingga 11 miliar dolar AS.

Saat ini para pengusaha kelapa sawit banyak mendapat tekanan dari organisasi non-pemerintah. Mereka mendesak perusahaan-perusahaan besar untuk berhenti menerima pasikan minyak dari para produsen kelapa sawit. Mereka menuding, produsen minyak kelapa sawit telah melakukan perusakan hutan dan habitat satwa langka.(RIE)


sumber :http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/08/03/110397/Eropa-Ancam-Ekspor-Kelapa-Sawit-Indonesia

Read more...

Juragan Sawit RI-Malaysia Kembali Duduk Semeja



JAKARTA. Produsen kelapa sawit Indonesia dan Malaysia kembali duduk satu meja untuk membahas langkah antisipasi munculnya kampanye hitam terhadap industri perkebunan kelapa sawit. Pertemuan yang akan dilakukan akhir pekan ini akan membahas langkah teknis dalam mendukung industri kelapa sawit ramah lingkungan.

“Tim sudah bekerja dan nanti akan dipaparkan hasil kinerja satu bulan,” kata Direktur Eksekutuf Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI, Fadhil Hasan kepada KONTAN, Senin (2/8). Fadhil bilang, pertemuan ketiga tersebut menindaklanjuti hasil pertemuan yang dilakukan di Kcuhing, Sarawak Malaysia bulan lalu.

Asal tahu saja, selain GAPKI dari Indonesia, organisasi yang bergabung dalam kerjasama produsen kelapa sawit tersebut juga terdiri dari Asosiasi petani kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo). Sedangkan organisasi produsen kelapa sawit Malaysia itu adalahMPOA(Malaysian Palm Oil Association), SOPPOA (The Sarawak Oil Palm Plantation Owners Association), FELDA (Olembaga Kemajuan Tanah Persekutuan) dan APIMI (Plantation Investors of Malaysia in Indonesia). Kerjasama produsen dua negara ini dilakukan sejak sejak 5 Maret 2010 silam.

Dalam pertemuan terakhir, kerjasama yang dilakukan antara lain membahas soal langkah-langkah untuk mengenai suistainability, riset and development, edukasi industri, juga soal media strategi. Tujuan akhir dari kerjasama tersebut adalah menggalang kekuatan dari industri kelapa sawit untuk menghadapi kampanye hitam atas industri kelapa sawit.

“Kami dari GAPKI berkepentingan karena menghasilkan produk kelapa sawit,” kata Fadhil. Ia beraharap pertemuan yang dilakukan akhir pekan ini akan menghasilkan langkah teknis yang bisa digelindingkan bersama.

sumber:http://www.kontan.co.id/index.php/industri/news/43100/Juragan-Sawit-RI-Malaysia-Kembali-Duduk-Semeja

Read more...

Tergerus Beban Keuangan, Laba Bakrie Sumatera Anjlok 26,67%

Indro Bagus - detikFinance

Jakarta - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mencatat penurunan laba bersih sebesar 26,67% karena adanya peningkatan beban lain-lain sebesar 535,10% di semester I-2010. Sementara pendapatan perseroan meningkat 8,93%.

"Laporan keuangan kondilidasian telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia," kata Presiden Direktur UNSP Ambono Janurianto dalam keterbukaan informasi di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/8/2010).

Hingga akhir semester I-2010, UNSP mencatat pendapatan sebesar Rp 1,134 triliun, naik 8,93% dari periode yang sama sebelumnya Rp 1,041 triliun. Beban pokok pendapatan turun 6,3% menjadi Rp 680,775 miliar dari sebelumnya Rp 726,598 miliar.

Penurunan beban pokok berhasil mengangkat laba kotor sebesar 43,86% menjadi Rp 453,524 miliar dari sebelumnya Rp 315,233 miliar. Namun beban usaha meningkat 63,08% menjadi Rp 120,813 miliar dari sebelumnya Rp 74,079 miliar.

Akibatnya, laba usaha sedikit terkikis menjadi Rp 332,711 miliar, naik 37,96% dari sebelumnya Rp 241,154 miliar. Beban lain-lain juga meningkat drastis 535,10% menjadi Rp 218,552 miliar dari sebelumnya Rp 34,412 miliar.

Peningkatan beban lain-lain terutama disebabkan adanya beban bunga dan keuangan menjadi Rp 212,906 miliar dari sebelumnya Rp 111,505 miliar. Peningkatan beban keuangan ini menyebabkan laba bersih UNSP hanya tercatat sebesar Rp 99,135 miliar, turun 26,67% dari sebelumnya Rp 135,188 miliar.

Laba per saham pun menurun menjadi Rp 8,5 per saham dari sebelumnya Rp 36 per saham.

sumber:http://us.detikfinance.com/read/2010/08/04/114436/1413307/6/tergerus-beban-keuangan-laba-bakrie-sumatera-anjlok-2667?f9911023

Read more...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Back to TOP