Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Training and Consultancy


Training

1. Manajemen Produksi Tanaman Kelapa Sawit
2. Kultur Teknis Kelapa Sawit
3.Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
4. Peningkatan Kompetensi Teknis dan Manajerial Asisten dan Mandor Tanaman
5.Penerapan dan Kriteria RSPO dan ISPO
6. Sertifikasi Asisten dan Mandor Tanaman
7. Minimalisasi Kehilangan Minyak dan Peningkatan Rendemen Pabrik Kelapa Sawit.
8. Manajemen Pemeliharaan Pabrik Kelapa Sawit Berdasarkan Pengendalian Biaya dan Kehandalan Mesin
9.Pengendalian dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
10.Manajemen dan Teknik Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kerusakan Aset Pabrik
11.Pengoperasian dan Pemeliharaan Boiler dan Turbin di Pabrik Kelapa Sawit
12. Manajemen Energi di Pabrik Kelapa Sawit
13. Sertifikasi Asisten dan Mandor Pabrik Kelapa Sawit
14. International Financial Reporting Standards (IFRS) Perusahaan Perkebunan
15.Best Practices Internal Auditing Perusahaan Perkebunan
16.Peningkatan Kompetensi KTU dan ATU Perusahaan Perkebunan.
17.Pengendalian Biaya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Consultancy
1. Technical Assistant for Improvement Palm Plantation and Palm Oil Mill
2. Integrated Solution to Improve Performance of Palm Plantation and Palm Oil Mill
3. Advanced Quality System for Palm Plantation
4. ISO series (9001,14000 etc)
5. OHSAS 18001 dan SMK3

Improvement Pabrik dan Kebun kelapa Sawit

>> Rabu, 20 Januari 2010

Improvement pabrik dan kebun kelapa sawit harus dilakukan secara terus menerus, terfokus dan dapat dilaksanakan oleh seluruh bagian. Improvement harus memiliki target. Disini targetnya saya istilahkan dengan SMART. Adapun targetnya sebagai berikut :

  • Spesific (tertentu) : Kita harus menentukan mana yang akan di improvement sehingga bisa melakukannya dan fokus pada permasalahan
  • Measureable (dapat diukur atau diamati) : Setiap yang di improvement mesti memiliki parameter sehingga dapat diukur dan dinilia perubahan yang dicapai.
  • Attainable (realistik dan dapat dicapai) : Dalam membuat kriteria dan parameter perubahan mesti tealistis dan memungkinkan untuk dicapai pada saat itu akan dilaksanakan.
  • Relevant (terkait dengan misi/ cita-cita) : Jangan melakukan sesuatu yang diluar bidang kerja kita atau berbeda dengan misi/tugas kita. Ini untuk menjamin keberhasilan improvement
  • Time bounded (ada batas waktu) : Setiap pekerjaan yang akan dilakukan mesti memiliki batas waktu sehingga memudahkan dalam pencapaian.
Nantikan terus penjelasan-penjelasan ilmiah tentang proses improvement pabrik serta kebun kelapa sawit.

Read more...

Sistem Informasi Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit

>> Minggu, 17 Januari 2010


Read more...

Pengusaha Kelapa Sawit Enggan Urus Sertifikat Lingkungan

>> Senin, 11 Januari 2010

NUSA DUA (BALI). Tuntutan para pecinta lingkungan agar produk minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) memenuhi standar roundtable of sustainable palm oil (RSPO), rupanya belum mendapat respon sepadan dari para konsumen CPO dunia.

Executive Director Oil World Thomas Mielke mengatakan, saat ini konsumen CPO masih mengutamakan harga ketimbang melihat sertifikat ramah lingkungan yang dimiliki perusahaan kelapa sawit.

Akibatnya, harapan pengusaha yang memiliki sertifikat RSPO bisa mendapatkan harga premium pun buyar. Padahal, ujar Mielke, pengusaha mengeluarkan ongkos untuk audit standar RSPO. "Jika pengusaha menjual dengan harga lebih tinggi, pembeli tidak akan tertarik," imbuh Mielke.

Itulah sebabnya, hingga saat ini baru empat perusahaan yang mengantongi sertifikat RSPO. Mereka adalah, PT Musim Mas, PT Hindoli, PT London Sumatera, dan PT Sinar Mas yang belum lama ini juga mengantongi sertifikat RSPO.

Pemegang sertifikat RSPO adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah memenuhi ketentuan ramah lingkungan. Misalnya, perusahaan tersebut tidak melakukan pembakaran hutan, tidak ada konflik dengan masyarakat adat dan serikat pekerja, serta memenuhi aturan pemerintah.

Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, perusahaan harus mendatangkan auditor. Tentu ini butuh biaya. Belum lagi, sertifikat tersebut harus diperpanjang setiap tahun.

Trik pesaing CPO

Seorang sumber KONTAN di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit terang-terangan mengatakan bahwa pihaknya tak tertarik mengurus sertifikat RSPO. "Buat apa buang biaya, toh tidak ada keharusannya," ujarnya.

Ia menilai isu lingkungan hidup yang dilemparkan negara-negara Uni Eropa merupakan trik untuk membatasi perkembangan pasar CPO yang menggerus pasar konsumsi minyak kedelai dan biji bunga matahari yang merupakan komoditas mereka.

Menurut riset Oil World, konsumsi CPO yang meningkat pesat memang telah menggusur minyak nabati lainnya. Tahun 1991, di antara 17 jenis minyak nabati dunia, porsi konsumsi CPO mencapai 13,9%. Adapun konsumsi minyak kedelai berada di urutan teratas dengan pangsa 19,6%.

Namun tahun ini, komposisi nya berubah drastis. Dari total konsumsi minyak nabati dunia sebanyak 169 juta ton setahun, CPO berada di posisi pertama dengan pangsa pasar 27,7%. Sementara konsumsi minyak kedelai berada di urutan kedua sebesar 22,3%. Adapun porsi konsumsi minyak biji bunga matahari merosot sedikit, yakni dari 10,3% menjadi 7,3% saja.

Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Derom Bangun berpendapat, pemerintah harus turun tangan untuk membantu pengusaha dalam mencari pasar yang baru. "Dengan begitu, pengusaha memiliki alternatif pasar yang lebih luas dan bisa mendapatkan harga yang premium," jelasnya.

Sumber : http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/26224/Pengusaha-Kelapa-Sawit-Enggan-Urus-Sertifikat-Lingkungan

Read more...

Hampir Separuh Perkebunan Kelapa Sawit Belum Berproduksi Optimal

JAKARTA. Pemerintah akan menggenjot tingkat produksi kelapa sawit. Salah satu caranya dengan merevitalisasi perkebunan kelapa sawit rakyat.

Sebab, sekitar 40% dari total lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang seluas 7,9 juta hektare merupakan milik rakyat."Ini menunjukan perkebunan kelapa sawit masih dikuasai perkebunan rakyat," ujar Menteri Pertanian Suswono, Selasa (29/12).

Cuma, hingga kini produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat masih rendah, hanya 1,2 ton hingga 2 ton tandan buah segar (TBS) per hektare. Kondisi ini berbeda jauh dengan perkebunan milik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Suswono bilang, perkebunan milik swasta mampu menghasilkan 6 ton sampai 7 ton TBS. Sedangkan, perusahaan kelapa sawit pelat merah bisa memproduksi 4 ton hingga 5 ton TBS.

Oleh karena itu, pemerintah menggelar revitalisasi terutama untuk perkebunan kelapa sawit rakyat. "Dengan revitalisasi ini diharapkan 40% perkebunan kelapa sawit ini bisa menghasilkan peningkatan yang signifikan," imbuh politikus Partai Keadilan Sejahtera itu.

Bentuk revitalisasi itu dilakukan dengan cara meminta para pemilik kebun melakukan penanaman kembali. Sebab, sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit rakyat sudah berusia tua dan mereka tidak lagi mengolahnya.

Selain itu, pemerintah juga mengkaji pemberian bantuan berupa subsidi pupuk. Menurut Suswono, Departemen Pertanian juga memantau proses penanaman kembali dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. "Sehingga dalam empat atau lima tahun mendatang bisa meningkat, minimal satu setengah kali dari Malaysia," pungkas Suswono meyakinkan.

Sumber: http://www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/27408/Hampir-Separuh-Perkebunan-Kelapa-Sawit-Belum-Berproduksi-Optimal

Read more...

Produksi Minyak Kelapa Sawit Diprediksi Menurun di 2010

INILAH.COM, Jakarta - Produksi minyak kelapa sawit diproyeksikan akan menurun pada 2010. Salah satu pemicunya berakhirnya siklus biologi produktivitas tinggi biological highyield di Malaysia.

Demikian riset Mandiri Sekuritas untuk Proyeksi CPO pada 2010 seperti dikutip INILAH.COM, Selasa (15/12).

Tim riset memprediksi, selain berakhirnya siklus biologi produktivitas tinggi ini, ada efek El Nino yang amsih dapat dirasakan sampai periode kural 1 2010 dan program replanting terumata di Malaysia. "Kedua faktir diatas mendukung outlook positif untuk harga minyak kepala sawit pada 2010," katanya.

Tim riset pun menuliskan rangkuman prediksi dari beberapa analis CPO, yakni Thomas Mielke dari Institusi Oil World memprediksikan harga CPO berkisar pada US$800-900 per ton. Derom Bangun dari Insitusi GAPKI memprediksi harga CPO berkisar US$840-855 per ton.

James Fry dari Institusi LMC Int'i memprekirakan harga CPO berkisar pada US$650-950 hingga semester 1 2010 dan Dorab Mistry dari Godrej Int'l pun merekomendasikan harga CPO berkisar pada US$885-1.050 per ton hingga triwulan 1 2010.

Data Oil World menunjukkan tren penurunan produksi minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak biji sesawi pada 2010 akibat cuaca buruk terutama di Argentina dan Brazil.

Seiring dengan bartambahnya populasi dan meningkatnya kebutuhan biodisel, minyak kelapa sawti merupakan pilihan utama untuk memenuhi peningkatan kebutuhan minyak nabati karena keunggunlan produktivitas dan biaya pengolahan yang lebih kompetitif dibandingkan alternatif minyak nabati lainnya. [san/cms]

Sumber : http://www.inilah.com/berita/2009/12/16/224571/produksi-minyak-kelapa-sawit-diprediksi-menurun-di-2010/

Read more...

Petani Antusias Pengintegrasian Sapi dengan Kelapa Sawit

Kamis, 7 Januari 2010 | 02:34 WIB

JAMBI, KOMPAS - Petani di Desa Bukit Baling, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, antusias dengan program integrasi kelapa sawit dengan sapi yang dicanangkan Departemen Pertanian. Kolaborasi kelapa sawit dengan sapi dinilai mengurangi biaya produksi hingga 200 persen.

”Sebelum ada program integrasi kelapa sawit dengan sapi, kami harus membeli pupuk urea seharga Rp 300.000 per 50 kilogram (kg) hingga tiga kali dalam setahun. Kini kami hanya perlu membeli pupuk urea satu kali setahun karena sisanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi,” tutur Muji (78), ketua kelompok tani Sukodadi, sesuai acara pemberian 105 ekor sapi dari Departemen Pertanian di Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola PT Kirana Sekernan, Rabu (6/1).

Hadir dalam acara ini Direktur Perkebunan Kementerian Pertanian Ahmad Manggabarani, Bupati Muaro Jambi Burhanudin Mahir, Kepala Dinas Perkebunan dan Pertanian Provinsi Jambi Tagor Mulya Lubis, serta General Manager PT Kirana Sekernan Iranda Saleh.

Muji menambahkan, pupuk urea tetap dibutuhkan untuk menyuburkan daun dan batang kelapa sawit. Satu zak pupuk urea bisa digunakan untuk kelapa sawit seluas 50 hektar hingga 70 hektar. Dengan demikian, petani dapat memanen kelapa sawit hingga tiga kali dalam setahun. Saat ini harga kelapa sawit yang berusia tanam di atas 10 tahun mencapai Rp 1.200 per kg, sedangkan yang berusia tanam di bawah 10 tahun senilai Rp 920 per kg.

Bahan bakar biogas

Selain itu, kotoran sapi juga dapat dimanfaatkan petani menjadi bahan bakar biogas. Warno (45), salah seorang petani, mengatakan, warga dapat mengubah kotoran sapi menjadi biogas dengan dua buah alat yang disumbangkan PT Kirana Sekernan. ”Kami bisa memanfaatkan biogas untuk memasak. Bahkan kalau kami punya dinamo, biogas bisa digunakan untuk penerangan,” kata Warno.

Tahun lalu para petani kelapa sawit di Muaro Jambi mendapat bantuan senilai Rp 877 juta dari Departemen Pertanian. Selain dibelikan 105 ekor sapi, dana tersebut digunakan untuk membangun 12 kandang sapi baru dan satu mesin penggilingan pelepah untuk campuran pakan ternak. Bantuan diberikan kepada 1.483 kepala keluarga yang mengelola kebun plasma sudah produksi seluas 4.278 hektar.

Menurut General Manajer PT Kirana Sekernan Iranda Saleh, kebun plasma merupakan lahan yang diberikan pengelola untuk dicicil petani melalui kredit berbunga 6 persen setahun. Sebagai timbal balik, petani hanya boleh menjual hasil kelapa sawit kepada pengelola.

”Hal ini sangat membantu karena petani kini memiliki pendapatan bersih rata-rata Rp 5 juta per kavling (seluas 2 hektar) per bulan,” kata Muji.

Kendati demikian, Direktur Jenderal Perkebunan Ahmad Manggabarani mengingatkan petani agar tidak terlalu fokus menanam kelapa sawit saja. Mereka diharapkan juga menanam tanaman bernilai tinggi pada lahan yang sulit ditanami kelapa sawit.

”Kalau lahan yang terjal dibiarkan saja menjadi daerah resapan air. Adapun batas-batas antar tanaman kelapa sawit sebaiknya ditanami pohon mahoni atau pohon tembesu yang punya nilai jual,” tuturnya.

Strategi ini untuk mengantisipasi harga kelapa sawit yang naik dan turun karena dipengaruhi banyak faktor. Pemberian bantuan sapi sebenarnya juga bertujuan memberikan alternatif pendapatan bagi petani ketika harga jual kelapa sawit anjlok. (RIZ)

Sumber : http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/07/02342254/petani.antusias.pengintegrasian.sapi.dengan.kelapa.sawit

Read more...

Kelapa Sawit Masih Andalan

Departemen Pertanian (Deptan) mengungkapkan industri kelapa sawit masih merupakan andalan sektor perkebunan pada tahun-tahun mendatang.

Dirjen Perkebunan Deptan, Achmad Mangga Barani mengatakan, selama lima tahun terakhir (2004-2009) komoditas kelapa sawit memberikan kontribusi terbesar bagi sektor perkebunan dibandingkan komoditas lainnya.

“Melihat dari hal itu sepertinya kelapa sawit masih akan menjadi komoditas unggulan untuk lima tahun ke depan,” katanya ketika menyampaikan evaluasi kinerja tahun 2009 untuk komoditas unggulan dan proyeksi tahun 2010 subsektor perkebunan di jakarta, Kamis.

Dari 12 komoditas unggulan perkebunan, tambahnya, dari segi produksi, luas areal maupun produktivitas tanaman terlihat komoditas kelapa sawit masih yang tertinggi.

Pada 2004 produksi kelapa sawit nasional sebanyak 10,83 juta ton, namun pada 2009 telah meningkat menjadi 20,7 juta ton begitu juga luas areal pertanaman naik dari 5,28 juta hektare (ha) menjadi 7,51 juta ha dan produktivitas dari 2,83 ton menjadi 3,56 ton/ha.

Sementara itu pada periode yang sama produksi kelapa nasional mengalami pertumbuhan dari 3,05 juta ton menjadi 3,24 juta ton sedangkan luas areal hanya meningkat dari 3,79 juta ha menjadi 3,80 juta ha. Produktivitas kelapa juga tak menunjukkan kenaikan yang berarti yakni dari 1,09 ton/ha menjadi 1,16 ton/ha. (*an/ham)

Sumber : http://matanews.com/2010/01/01/kelapa-sawit-masih-andalan/

Read more...

Indonesian Sustainable Palm Oil Segera Diberlakukan di 2010

Indonesian Sustainable Palm Oil atau standarisasi pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan nasional akan diberlakukan secara resmi oleh pemerintah pada tahun 2010. Hal tersebut disampaikan oleh Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, di Jakarta.

ISPO akan mengacu dan disesuaikan pada kondisi lingkungan di Indonesia. ISPO ini bertujuan untuk mengatur perkembangan kelapa sawit di dalam negeri tanpa harus merusak lingkungan.

Achmad Mangga Barani mengatakan ISPO penting diberlakukan karena aturan yang terdapat pada Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) hanya mengutamakan konsumen sementara kepentingan produsen tidak diperhatikan sama sekali. Hal ini penting dilakukan karena selama ini pengembangan kelapa sawit di Indonesia selalu berpedoman pada peraturan luar negeri yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia. “Contohnya pada penanaman kelapa sawit lahan gambut. Di Indonesia sendiri hal tersebut legal tapi mengapa pihak luar negeri harus ribut”, ujarnya.

Walaupun demikian, peraturan yang termaktub dalam ISPO tetap akan disesuaikan dengan RSPO. Adapun hal-hal yang akan diadopsi ISPO dari RSPO di antaranya adalah komitmen pada ekonomi dan keuangan jangka panjang, komitmen pada transparansi, pengembangan perkebunan baru yang bertanggung jawab, dan taat pada peraturan dan hukum yang berlaku.

Saat ini, kata Achmad, penyusunan ISPO masih berlangsung. Penyusunan secara bersama-sama dilakukan oleh pihak pemerintah dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta. “Kita berharap penyusunan ISPO bisa selesai secepatnya sehingga pada 2010 kita sudah mempunyai ISPO sebagai standar pengembangan kelapa sawit nasional”, ujar Achmad Mangga Barani.

Sumber : http://www.sinartani.com/nasional/indonesian-sustainable-palm-oil-segera-diberlakukan-2010-1261972765.htm

Read more...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Back to TOP