Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Training and Consultancy


Training

1. Manajemen Produksi Tanaman Kelapa Sawit
2. Kultur Teknis Kelapa Sawit
3.Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
4. Peningkatan Kompetensi Teknis dan Manajerial Asisten dan Mandor Tanaman
5.Penerapan dan Kriteria RSPO dan ISPO
6. Sertifikasi Asisten dan Mandor Tanaman
7. Minimalisasi Kehilangan Minyak dan Peningkatan Rendemen Pabrik Kelapa Sawit.
8. Manajemen Pemeliharaan Pabrik Kelapa Sawit Berdasarkan Pengendalian Biaya dan Kehandalan Mesin
9.Pengendalian dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
10.Manajemen dan Teknik Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kerusakan Aset Pabrik
11.Pengoperasian dan Pemeliharaan Boiler dan Turbin di Pabrik Kelapa Sawit
12. Manajemen Energi di Pabrik Kelapa Sawit
13. Sertifikasi Asisten dan Mandor Pabrik Kelapa Sawit
14. International Financial Reporting Standards (IFRS) Perusahaan Perkebunan
15.Best Practices Internal Auditing Perusahaan Perkebunan
16.Peningkatan Kompetensi KTU dan ATU Perusahaan Perkebunan.
17.Pengendalian Biaya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Consultancy
1. Technical Assistant for Improvement Palm Plantation and Palm Oil Mill
2. Integrated Solution to Improve Performance of Palm Plantation and Palm Oil Mill
3. Advanced Quality System for Palm Plantation
4. ISO series (9001,14000 etc)
5. OHSAS 18001 dan SMK3

Selama Dua Pekan Harga CPO Berubah Cenderung Turun

>> Kamis, 25 Maret 2010

Di pasar dalam negeri (FOB) Dumai untuk penyerahan 25-30 Maret 2010, harga CPO berada pada posisi Rp7.475/kg dengan volume transaksi sebesar 1.500 ton. Sementara FOB Belawan dengan pembeli yang berbeda, juga berada dalam posisi harga yang sama. Di Bursa Berjangka, harga CPO sedikit berubah cenderung turun dan kemungkinan menurun lagi karena pasokan komoditas itu akan meningkat. Harga CPO pengiriman Juni melemah 0,3% ke RM2.750 atau US$774 per ton di Malaysia Derivatives Exchange. CPO adalah komoditas kontrak teraktif yang diperdagangkan di Malaysia sehingga telah kehilangan 3,5% dalam 2 pekan terakhir.

Perubahan harga terkait dengan kondisi cuaca domestik, baik di Indonesia maupun Malaysia. Diperkirakan hujan lebat terjadi di Sumatera, daerah perkebunan Kelapa Sawit, Karet, dan Kopi, sehingga menurunkan kekhawatiran kekeringan akibat Elnino bisa mengurangi produksi. Dalam dua pekan ini, akibat guyuran hujan yang intensif, faktor Elnino yang selama ini dikhawatirkan segera terjadi, tidak menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Musim panen yang rendah sebentar lagi berakhir, sehingga produksi diperkirakan meningkat pada bulan ini.


Sumber : www.bappebti.go.id

Read more...

Sucofindo Dukung Pembentukan Tandingan RSPO

Kamis, 25/03/2010 16:19 WIB
Suhendra - detikFinance

Jakarta - Kasus pemutusan kontrak produk sawit mentah atau CPO Indonesia, berimbas kuat pada keinginan menghidupkan wacana pembentukan Indonesian Sustainble Palm Oil (ISPO) sebagai tandingan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Sektor usaha sertifikasi dalam negeri sangat mendukung keinginan tersebut.

"Kami sangat dukung ISPO, kalau ISPO kita tidak ada masalah, itu bagus," kata Presiden Direktur Sucofindo (Persero) Arief Safari di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (25/3/2010).

Namun kata dia, sepenuhnya akan sangat tergantung dengan realisasi dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Arief mengatakan soal RSPO yang merupakan digalang oleh produsen CPO khususnya oleh negara-negara Eropa, justru masih sering memunculkan masalah pemutusan kontrak yang terjadi beberapa waktu lalu menimpa produsen CPO Indonesia.

Dikatakannya ia mengharapkan agar standarisasi RSPO dimasukan dalam ISO, sehingga lebih mudah untuk menerapkannya. Selama ini akreditasi RSPO masih harus melalui Malaysia. Sucofindo telah mendapatkan akreditasi RSPO, yang bisa mengeluarkan sertifikasi RSPO di Indonesia.

"Agar skema dalam RPSO masuk dalam standar internasional (ISO)," serunya.

Saat ini kata dia setidaknya ada tiga produsen sawit di Indonesia yang sedang mengurus sertifikasi RSPO kepada Sucofindo di antaranya PTPN dan lain-lain.

(hen/dnl)

source:http://us.detikfinance.com/read/2010/03/25/161923/1325451/4/sucofindo-dukung-pembentukan-tandingan-rspo

Read more...

Bea keluar ekspor CPO Maret 3%

>> Selasa, 16 Maret 2010

Senin, 22/02/2010 16:32:36 WIB
Oleh: Sepudin Zuhri


JAKARTA (Bisnis.com): Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan bea keluar ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) pada Maret tahun ini masih tetap sebesar 3% sama dengan bulan ini. Harga rata-rata komoditas tersebut masih berada di atas US$750 per ton.

Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan mengatakan tariff bea keluar CPO bulan depan tidak akan berbeda dengan bulan ini sebesar 3%, karena harga minyak sawit di pasar dunia juga cenderung stabil di atas US$750 per ton. “Tidak ada bedanya [bea keluar] untuk Maret dengan bulan ini. Harga rata-rata masih berkisar di atas US$750 per ton,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, hari ini.

Pengapalan minyak kelapa sawit mentah selama bulan ini dikenakan bea keluar sebesar 3% sama seperti tarif yang berlaku pada Januari lalu menyusul rata-rata harga komoditas tersebut selama sebulan sebelumnya di CIF Rotterdam sebesar US$795,84 per ton.

Ekspor minyak kelapa sawit akan dikenakan bea keluar 0% jika rata-rata harga komoditas tersebut selama sebulan sebelumnya di CIF Rotterdam berada di bawah US$700 per ton dan akan dikenakan BK 1,5% saat harga rata-rata US$701-US$750 per ton.

Saat harga rata-rata CPO di CIF Rotterdam sebesar US$751-US$800 per ton, maka pengapalan CPO akan dikenakan BK sebesar 3%. Sementara itu, volume ekspor CPO dan produk turunannya selama Januari tahun ini, menurut Fadhil, dipastikan akan naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tetapi dalam jumlah kecil.

Tarif bea keluar terhadap ekspor CPO telah dikenakan sebesar 0% sejak Agustus 2009 hingga akhir tahun ini. Pada periode Juni dan Juli 2009, pengapalan komoditas tersebut dikenakan BK sebesar 3%. Pengenaan tarif bea keluar ekspor minyak sawit kembali diberlakukan sebesar 3% sejak awal tahun ini, karena harga rata-rata komoditas tersebut mencapai di atas US$750 per ton.(msb)

Sumber : http://web.bisnis.com/sektor-riil/perdagangan/1id163388.html

Read more...

Demi Kelapa Sawit, RI dan Malaysia Kerja Sama

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia dan Malaysia bekerja sama menghadapi isu negatif yang menghambat perkembangan industri sawit kedua negara. Nota kesepahaman (MoU) para produsen (CPO) kedua negara ditandatangani di Jakarta, Jumat (5/3/2010) malam, yang disaksikan oleh Mentan Suswono serta Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Tan Sri Bernard Dompok.

"Kerja sama itu untuk menghalau isu-isu negatif tentang kelapa sawit," ujar Mentan Suswono usai menyaksikan penandatangan antara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA).

Selain itu asosiasi lain yang ikut menandatangani MoU tersebut adalah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asosiasi Pemilik Perkebunan Minyak Sawit Serawak (Soppoa), Federal Land Development Autority’s (Felda), dan Asosiasi Investor Perkebunan Malaysia di Indonesia (APIMI).

Mentan Suswono mengatakan, Indonesia-Malaysia merupakan produsen terbesar yang menguasai 85 produksi CPO dunia yang bila bersatu bisa menjadi penentu harga. Sayangnya, lanjut dia, CPO menghadapi isu negatif terutama di Eropa bahwa industri sawit merusak hutan, sehingga RI-Malaysia harus bekerja sama menghadapi kampanye negatif dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Setelah (MoU) ini akan ada gugus tugas yang bekerja intensif untuk menyuarakan kepentingan bersama bahwa produsen sawit telah melakukan praktik terbaik dalam pengembangan industri sawit lestari," ujar Suswono.

Ia berharap bila ada isu negatif dari LSM, dibentuk lembaga independen untuk melakukan penilaian secara ilmiah, apakah benar pengembangan industri sawit suatu perusahaan tidak lestari. Dengan demikian ia berharap kasus pemutusan kontrak sepihak oleh pengguna CPO seperti Unilever, tidak terjadi lagi.

Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Tan Sri Bernard Dompok menambahkan, RI dan Malaysia sebagai dua produsen terbesar memiliki posisi yang kuat dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

"Tanpa MPOA dan Gapki, RSPO akan bubar, hal itu akan menjadi posisi tawar kami," ujarnya. Ia mengatakan LSM pasti tidak ingin RSPO bubar karena mereka punya kepentingan.

Sementara itu Ketua Umum Gapki Joefly Bachroeny mengatakan sesama produsen CPO merasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi tekanan baik dalam forum RSPO maupun forum internasional lainnya, terkait isu pembangunan industri sawit lestari dan reduksi emisi rumah kaca. "Karena itu harus ada kerja sama (produsen CPO RI-Malaysia) dalam bentuk lebih kongkrit dan dilakukan secara terencana dan sistematis," katanya.

Ketua MPOA Dato Mohamad Saleh mengatakan produsen CPO juga harus waspada menghadapi isu lingkungan lainnya yang akan dikembangkan LSM seperti pemakaian tanah tidak langsung.

Tahun lalu produksi CPO Indonesia menembus angka 2O juta ton dan Mentan Suswono memproyeksikan produksi mencapai 40 juta pada 2020.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2010/03/06/01345183/Demi.Kelapa.Sawit..RI.dan.Malaysia.Kerja.Sama....

Read more...

Sawit Kalsel Tidak Bisa Dikembangkan

BANJARMASIN, KAMIS - Potensi perkebunan sawit, tidak bisa dikembangkan karena terganjal minimnya lahan untuk perkebunan tersebut. Hal itu dikatakan kepala dinas perkebunan Kalsel, Haryono di sela-sela persiapan Musrenbang di Aula Bappeda Kalsel.

Menurutnya, saat ini perkebunan sawit di Kalsel mencapai 292 ribu hektar yang tersebar di berbagai wilayah di banua ini seperti di kabupaten Tanah Laut (Tala), Tanahbumbu (Tanbu), Kotabaru, Batola, Tapin maupun kabupaten Banjar.


"Potensi sawit di Kalsel cukup besar. Sayangnya tidak bisa dikembangkan lagi, terganjal persediaan lahan," katanya.

Sehingga, pihaknya mengoptimalkan lahan tersebut untuk produksi sawit. Termasuk untuk mempertahankan ekspor CPO tersebut, karena sudah tidak mampu lagi untuk dikembangkan.

Hal itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ingin terjadi sengketa hukum, seperti masuk kawasan hutan. Karena untuk bisa memanfaatkan lahan tersebut perlu waktu yang cukup lama untuk pengurusan administrasinya.

"Dari pada terjadi sengketa hukum, kami memilih memaksimalkan kawasan yang ada itu saja," tandasnya.

(choiruman)


Sumber : http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/38086/sawit-kalsel-tidak-bisa-dikembangkan

Read more...

LOSSES (Kehilangan)

Losses (oil & kernel) pada proses pengolahan kelapa sawit dipastikan akan selalu ada, namun dibutuhkan pengendalian angka kehilangan pada batas yang ditetapkan.


A.Oil Losses

  1. Air kondensat, Kandungan minyak pada contoh lebih kecil dari 0.4% (OLWB), Kandungan minyak dalam zat kering lebih kecil dari 10.5% (NOS)
  2. Tandan kosong, Kandungan minyak dalam tandan : 2.5—3 % (OLWB), Kandungan minyak dalam zat kering : 4 - 5 % (NOS)
  3. Tandan dengan USB, Brondolan dalam tandan : 2.3 - 2.5 %, Minyak dalam brondolan : 0.5 - 1.2 % (Tandan)
  4. Ampas serabut, Kandungan minyak dalam serabut lebih kecil dari 4.5 % (OLWB), Kandungan minyak dalam zat kering lebih kecil dari 7 % (NOS)
  5. Biji , Kandungan minyak pada kulit biji lebih kecil dari 0.8 % (contoh biji)
  6. Sludge, Kandungan minyak pada sludge (SS) lebih kecil dari 0.7 % (OLWB), Kandungan minyak dalam zat kering lebih kecil dari 14 % (NOS)
  7. Sludge decanter, Kandungan minyak dalam solid lebih kecil dari 0.5 % (OLWB), Kandungan minyak dalam zat kering lebih kecil 12 % (NOS)

Catatan : Total oil losses lebih kecil dari 1.65 % , EPM lebih besar dari 93 %

B. Kernel Losses

  1. Kernel dalam Tandan (USB), Kandungan kernel lebih kecil dari 0.2 %
  2. Kernel dalam ampas siklon, Kandungan kernel lebih kecil dari 2 % (contoh), Kandungan kernel lebih kecil dari 0.18 % (TBS)
  3. Kernel dalam LTDS 1, Kandungan kernel lebih kecil dari 2 % (contoh), Kandungan kernel lebih kecil dari 0.15 % (TBS)
  4. Kernel dalam LTDS 2, Kandungan kernel lebih kecil dari 2 % (contoh), Kandungan kernel lebih kecil dari 0.15 % (TBS)
  5. Kernel dalam cangkang basah CB atau HDC, Kandungan kernel lebih kecil dari 1.5 % (contoh), Kandungan kernel lebih kecil 0.1 % (TBS)

Catatan : Total kernel losses lebih kecil dari 0.6 % (TBS), EPK lebih besar dari 90 %


Read more...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Back to TOP