Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Training and Consultancy


Training

1. Manajemen Produksi Tanaman Kelapa Sawit
2. Kultur Teknis Kelapa Sawit
3.Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
4. Peningkatan Kompetensi Teknis dan Manajerial Asisten dan Mandor Tanaman
5.Penerapan dan Kriteria RSPO dan ISPO
6. Sertifikasi Asisten dan Mandor Tanaman
7. Minimalisasi Kehilangan Minyak dan Peningkatan Rendemen Pabrik Kelapa Sawit.
8. Manajemen Pemeliharaan Pabrik Kelapa Sawit Berdasarkan Pengendalian Biaya dan Kehandalan Mesin
9.Pengendalian dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
10.Manajemen dan Teknik Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kerusakan Aset Pabrik
11.Pengoperasian dan Pemeliharaan Boiler dan Turbin di Pabrik Kelapa Sawit
12. Manajemen Energi di Pabrik Kelapa Sawit
13. Sertifikasi Asisten dan Mandor Pabrik Kelapa Sawit
14. International Financial Reporting Standards (IFRS) Perusahaan Perkebunan
15.Best Practices Internal Auditing Perusahaan Perkebunan
16.Peningkatan Kompetensi KTU dan ATU Perusahaan Perkebunan.
17.Pengendalian Biaya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Consultancy
1. Technical Assistant for Improvement Palm Plantation and Palm Oil Mill
2. Integrated Solution to Improve Performance of Palm Plantation and Palm Oil Mill
3. Advanced Quality System for Palm Plantation
4. ISO series (9001,14000 etc)
5. OHSAS 18001 dan SMK3

Loading Ramp

>> Rabu, 27 Mei 2009

Loading ramp merupakan bagian dari stasiun penerimaan buah.



Fungsi Loading Ramp :
  • Tempat penampungan tbs sebelum diproses
  • Mempermudah pemasukan tbs ke lori
  • Mengurangi kadar kotoran
Hal- Hal yang perlu diperhatikan :
  • Pengaturan pengisian tbs loading ramp
  • Pengisian TBS kedalam lori rebusan (tidak terlalu penuh/sedikit)
  • Penempatan lori tepat dibawah pintu loading ramp (untuk menghidari buah berjatuhan ke lantai)
  • Perhatikan kebersihan disekitar loading ramp
  • Perhatikan keselamatan kerja

Read more...

Harga CPO Tahun 2009 Masih Tertekan

>> Rabu, 13 Mei 2009

Oleh : Wayan R. Susila, Peneliti di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI)

Jika terus bergejolak tajam selama periode 2006-2008, harga CPO tahun 2009 diperkirakan akan berada pada kisaran yang lebih stabil yaitu US$400-500 per ton. Hal ini akan terwujud jika tidak ada gejolak harga BBM yang berlebihan serta faktor penentu harga CPO seperti pasar minyak nabati, nilai tukar, dan perkembangan biodiesel berkembang pada dinamikanya yang wajar.

Setelah mencapai puncaknya pada bulan Maret 2008 yang mencapai US$ 1200/ton, harga CPO terus merosot dan pada Januari 2009 hanya tinggal sekitar US$ 440/ton. Bagaimana dengan tahun 2009, apakah akan masih rendah?

Saat ini meramalkan harga CPO menjadi semakin rumit. Sebelum tahun 2007, harga CPO lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar minyak nabati yaitu pasar CPO dan pasar minyak pesaingnya (minyak kedele, minyak bunga matahari, dan minyak kanola). Kini peramalan harga CPO menjadi jauh lebih kompleks karena isu energi (biodiesel), dinamika harga BBM, pergerakan nilai tukar terhadap US$, dan ulah spekulan, ikut menentukan harga CPO.

Kita mulai dengan perkiraan pasar minyak nabati pada tahun 2009. Banyak analis memperkirakan harga minyak nabati pada tahun 2009 masih akan tertekan. Sebuah studi oleh World Agricultural Outlook Board pada Oktober 2008 memperkirakan bahwa produksi oilseed sebagai bahan baku minyak nabati tahun 2009 akan meningkat sebesar 7% (29 juta ton) menjadi 420 juta ton. Produksi minyak nabati diperkirakan akan meningkat sekitar 6.9 juta ton pada tahun 2009.

Peningkatan ini hampir terjadi di semua produsen utama seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina. Areal kedele di Amerika diperkirakan meningkat sebesar 19%, sementara di Argentina sekitar 11%. Minyak bunga matahari juga diperkirakan akan meningkat sekitar 2 juta ton. Semua ini tidak terlepas dari pengaruh kenaikan harga minyak nabati, seperti minyak kedele yang pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 68%.

Sebaliknya, sisi permintaan justru tidak begitu menggembirakan. Harapan yang paling optimispun yaitu konsumsi minyak nabati akan tumbuh sebesar 3.8 juta ton, masih akan menempatkan situasi pasar tahun 2009 surplus hampir sekitar 3.1 juta ton. Bahkan dengan perkiraan pertembuhan ekonomi dunia hanya sekitar 1% tahun 2009, permintaan minyak nabati justru diperkirakan stagnan. Kesimpulannya, harga minyak nabati termasuk CPO, akan masih tertekan pada tahun 2009.

Sekarang kita cermati pasar CPO yang penawarannya dimotori oleh Indonesia dan Malaysia. Walau harga kini pada kisaran US$ 440/ton, produksi CPO kedua negara tahun 2009 diperkirakan tetap akan meningkat sebesar 1.8 juta ton atau sekitar 4.3%. Indonesia diperkirakan akan memproduksi CPO sekitar 20 juta ton, sedangkan Malaysia sekitar 17.6 juta ton. Secara global produksi CPO pada tahun 2009 diperkirakan antara 42-43 juta ton.

Karena krisis global, laju permintaan CPO diperkirakan akan melambat. Jika secara historis pertumbuhan konsumsi pada kisaran 4%-6% per tahun, maka pada tahun 2009 konsumsi diperkirakan maksimal tumbuh sebesar 2%. Situasi ini akan membuat surplus membesar dimana Malaysia sendiri sampai akhir 2008 memiliki stok tertinggi yang pernah dipegang yaitu sekitar 2.3 juta ton. Kesimpulan dari pasar CPO adalah harga CPO tahun 2009 masih akan tertekan.

Sekarang kita cermati faktor ketiga yaitu isu biofuel dimana biodiesel ada didalamnya. Amerika, Eropa, dan Brazil sebagai produsen utama biofuel terus meningkatkan penggunaan biofuel. Amerika sesuai dengan 2007 Energy Act berencana terus meningkatkan produksi biofuel secara bertahap dan mentargetkan menggunakan 1/3 dari produksi kedele tahun 2012 menjadi biofuel.

Eropa mentargetkan penggunaan biofuel sebesar 5.75% dari kebutuhan energinya pada tahun 2010 dan menjadi 10% tahun 2020. Ada juga upaya agar produksi biodiesel di Asia Tenggara dapat ditingkatkan menjadi 3 juta ton dari 12 pabrik yang ada pada tahun 2009. Dari sisi ini, ada harapan bahwa harga CPO akan membaik pada tahun 2009.

Selanjutnya mari kita lihat dari faktor ke empat yaitu harga BBM. Harga BBM yang masih sangat fluktuaitf sangat sulit diramalkan arahnya pada masa mendatang. Jika harga BBM rendah seperti sekarang, subsidi untuk produsen biodiesel menjadi tinggi sehingga pemerintah cendrung menunda atau memperlambat pengembangan biofuel dan sebaliknya. Dari berbagai studi menunjukkan bahwa harga minyak mentah diatas US$ 60/barrel merupakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan biofuel. Sampai saat ini, masih sulit menetukan harga BBM pada tahun 2009, apakah diatas atau dibawah US$ 60/barrel. Jadi, pengaruh faktor harga BBM terhadap harga CPO masih belum jelas arahnya.

Faktor kelima yang perlu dipertimbangkan adalah arah pergerakan nilai tukar mata uang negara pemain utama terhadap US$. Dengan perkiraan krisis finansial global masih berlanjut pada tahun 2009, dana-dana jangka pendek masih cendrung mencari tempat yang aman yang salah satunya dalam bentuk US$. Ini berarti, mata uang negara lain khususnya negara produsen utama seperti Brazil dan Argentina akan mengalami depresiasi. Situasi ini akan meningkatkan volume ekspor minyak nabati dari negara tersebut (over supply) sehingga akan menekan harga di di pasar interansional di tahun 2009.

Terakhir, ulah spekulan pada tahun 2009 tampaknya tidak akan sedasyat yang terjadi pada periode 2007-2008. Dengan mempertimbangkan pelaku pasar masih shock akibat goncangan harga yang dilakukan para spekulan, para pelaku pasar akan lebih cermat dan berhati-hati dalam bertindak. Dengan demikian, pengaruh faktor spekulan pada tahun 2009 diperkirakan berada pada tingkat minimal.

Dari uraian diatas kita bisa menarik benang merah yang lebih jelas tentang harga CPO pada tahun 2009. Tiga faktor yaitu pasar minyak nabati, pasar CPO, dan pergerakan nilai tukar memberi indikasi bahwa harga minyak nabati (termasuk CPO) masih tertekan pada tahun 2009. Satu isu yaitu biofuel akan sedikit mendorong kenaikan harga CPO. Faktor harga BBM sulit untuk dilihat dampaknya terhadap harga CPO, sementara pengaruh spekulan masih pada batas yang dapat ditoleransi. Merangkum argumen tersebut, kita akan sampai pada kesimpulan yang mengarah paba harga CPO tahun 2009 masih akan tertekan.

Jika kesimpulan itu betul, dimana kira-kira harga CPO pada tahun 2009? Pemerintah Malaysia cendrung meramalkan secara lebih pesimistis pada kisaran US$ 400-460 per ton. Derom Bangun memperkirakan pada kisaran US$ 500-600 per ton. Penulis sendiri memperkirakan harga CPO pada kisaran US$ 400-500 per ton.

Dasar pertimbangannya adalah ketika lebih banyak faktor yang mengindikasikan tekanan pada pasar CPO, maka harga CPO akan cendrung pada posisi yang hanya memberikan keuntungan normal (normal profit) pada produsen. Harga CPO akan dipaksa berada sedikit diatas biaya produksi. Biaya produksi CPO Malaysia dan Indonesia diperkirakan pada kisaran US$ 300-325 per ton. Ditambah biaya transportasi sampai ke pelabuhan sekitar US$ 60/ton, maka biaya secara keseluruhan adalah sekitar US$ 380. Dengan perhitungan tersebut, harga CPO diperkirakan akan berada pada US$ 400-500 per ton.

Indonesia dan Malaysia tentu berusaha mendorong kenaikan harga CPO melalui sisi penawaran dan permintaan. Untuk menurunkan penawaran, Malaysia mendorong program peremajaan dengan memberikan dana insentif RM 200 juta atau sekitar US$ 55 juta. Indonesia juga mendorong peremajaan walau tidak secara spesifik memberikan dukungan pembiayaan. Dari sisi permintaan, kedua negara mendorong peningkatan produksi dan konsumsi biodiesel menjadi 5% dengan membentuk Malaysia Indonesia Joint-Cooperation. Dengan upaya tersebut, mudah-mudahan harga akan meningkat, minimal mencapai US$ 500/ton.

Read more...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Back to TOP